Setelah pengobatan herbal yang
tidak mendatangkan hasil, kami benar-benar berusaha untuk membuat pikiran dan hati
ini tenang, pasrah, tetapi tetap berpengharapan. Kami senantiasa memanjatkan
syukur dan permohonan kepada Tuhan. Kami menyerahkan segala yang kami alami,
baik hal membahagiakan maupun hal yang membuat kami kecewa.
Banyak keluarga, kenalan, teman
yang menyarankan untuk periksa ke sana, ke situ, ke sini. Semua informasi kami
tanggapi dengan senyum karena mereka pastilah sangat menyayangi kami, sehingga
menunjukkan perhatian dengan memberikan begitu banyak saran. Akan tetapi, belum
ada niatan dalam hati kami lagi untuk kembali berobat. Apalagi jika usulannya itu
adalah pijat.
Sekitar tahun 2011, beberapa lama
setelah tidak berobat ke mana-mana, saya kembali mengalami terlambat menstruasi
selama 4 bulan. Saya mulai gelisah dan menanyakan
ke suami, apakah sebaiknya kami kembali mencoba pengobatan. Tahun itu adalah
tahun yang secara ekonomi tidak menguntungkan untuk kami. Saya mengajukan pengunduran
diri dari kantor saya karena saya merasa kondisi kerja terlalu membuat saya
stres dan bisa saja menghambat usaha kami. Dan saat itu juga, kami mulai
membangun rumah impian kami. Tabungan kami mulai makin menipis. Namun, suami
tetap mendukung saya untuk berobat.
Kami lalu memilih dokter
kandungan lain. Singkat cerita, kami mulai bertemu dokter tersebut. Dokter meminta
saya berbaring dan USG transvaginal pun dilakukan. Itu pengalaman saya pertama
kali di USG dengan cara tersebut. Agak risih dan tidak nyaman pada awalnya. Lalu,
ketika memeriksa, dokter mendapati sesuatu yang ganjil. Saya dicurigai memiliki
PCOS. Waktu itu kami tidak paham apa maksudnya.
Lalu dokter meminta kami untuk mencari informasi sendiri melalui internet
tentang PCOS. Kami hanya diberi tahu bahwa akan sangat sulit bagi kami untuk bisa
hamil. Kami lalu diberi resep obat Metformin. Metformin ini adalah obat yang
biasa dikonsumsi penderita diabetes dan biasanya digunakan untuk terapi PCOS.
Saat keluar dari ruang praktik dokter
itu, saya tak lagi mampu membendung air mata. Tidak bisa hamil? Harapan saya tiba-tiba
kembali runtuh. Saya tak berhenti menangis saat itu. Kami pun kemudian bersama-sama
mencari tahu tentang apa itu PCOS.
PCOS adalah singkatan dari Polycystic
Ovarian Syndrome. Saat USG transvaginal tersebut terlihat ada banyak bulatan kecil
di indung telur saya maka dari itu disebut polycystic (kista kecil berjumlah banyak).
Namun, kista yang ini sebenarnya adalah sel telur yang gagal matang dan pecah. Sederhananya
seperti itu, kalian bisa mencari sendiri informasi tentang PCOS lebih lanjut.
Setelah saya dan suami dapat menata
hati, kemudian kami menata rencana ke depan untuk menghadapi masalah ini. Salah
satunya adalah tetap rutin periksa dan memantau siklus menstruasi sambil mengonsumsi
Metformin tersebut. Dan yang tak pernah ketinggalan, kami selalu menyerahkan
perjuangan kami kepada Tuhan.
Dan pada tahap ini, suami juga diminta
untuk memeriksa spermanya. Sebelumnya suami pernah memeriksakan diri ke lab,
dan saat itu hasilnya tidak terlalu baik, asthenozoospermae. Kondisi ketika sperma
yang sehat dan berjalan maju sangat sedikit dibandingkan dengan sperma yang
mati dan bergerak berputar. Suami tak putus asa, dia mulai mencari tahu bagaimana
memperbaiki kesehatan spermanya. Mulai dari mengonsumsi vitamin, makan sehat,
dan sebagainya.
bersambung....
No comments:
Post a Comment