Kehamilan saya sudah masuk minggu ke-24 dan sendi kaki kiri
masih sakit. Saya setiap pagi selalu meluangkan waktu sekitar setengah jam
untuk sekadar mondar-mandir di depan rumah supaya sendi menjadi lebih lemas.
Saya tidak berani berjalan jauh karena takut nanti tiba-tiba sakitnya makin
menjadi dan saya akan kesulitan untuk balik ke rumah.
Saya berusaha lebih aktif dan mengajak suami untuk
berjalan-jalan ke toko buku sekitar seminggu setelah kontrol terakhir. Sewaktu
sore sampai di rumah, saya pipis dan ketika membersihkan kemaluan, saya
menemukan ada fleks coklat. Saya langsung khawatir. Saya tunjukkan fleks itu ke
suami dan saya langsung diminta untuk bed rest. Waktu itu saya tidak merasakan
keluhan apa pun di sekitar perut saya. Tidak ada kram, tidak ada mulas, tidak
terasa kencang, tidak sakit, biasa saja. Kami memutuskan untuk melihat
progressnya nanti. Jika besok masih juga ada fleks, kami akan ke dokter.
Esoknya, saya membolos kerja untuk sekadar bed rest. Masih
ada sedikit fleks yang keluar. Kami pun memutuskan untuk ke dokter pada
sorenya. Ketika saya menceritakan apa yang terjadi, dokter langsung memeriksa
kembali kandungan saya lewat USG. Dari hasil USG, tidak ada kelainan apa pun di
kehamilan saya. Kondisi janin sehat, plasenta ada di atas, tidak ada hal yang
mengkhawatirkan. Lalu, dokter menyimpulkan bahwa kemungkinan ada lecet atau
luka kecil di daerah dinding vagina karena fleks yang keluar berwarna cokelat,
jadi bukan darah segar yang mengalir deras. Bisa jadi luka terjadi sehari
sebelumnya dan darah lama itu baru keluar dalam bentuk fleks kecokelatan.
Kami pun pulang dengan sedikit lega. Lega karena kehamilan
saya aman, dan “sedikit” karena kami belum tahu penyebab lecet itu. Namun,
paling tidak sendi saya yang sakit berangsur-angsur membaik.
Sekitar seminggu kemudian, saya menemukan fleks kecokelatan
lagi. Kali ini lebih sedikit daripada sebelumnya. Kami pun berusaha tenang dan
mengingat pesan dokter bahwa itu tidak berbahaya. Akan tetapi, kami makin
khawatir karena fleks tersebut berulang terjadi seminggu kemudian. Jadi, hampir
tiap akhir pecan, saya mengalami fleks cokelat. Akhirnya kami kembali ke
dokter. Karena kami datang kedua kalinya dengan keluhan yang sama dan waktunya
tidak lama, maka dokter memutuskan untuk mengecek langsung bagian dalam vagina
saya. Dengan speculum seperti dulu sewaktu saya melakukan inseminasi buatan,
dokter mengecek kondisi dinding vagina saya. Akhirnya ditemukanlah penyebab
fleks selama ini. Dokter menemukan ada beberapa polip di sekitar mulut rahim
saya. Polip itu muncul sebagai efek dari kehamilan, jadi tidak membahayakan.
Polip itu semacam bisul yang akan berdarah jika tergesek. Polip bisa hilang
seiring makin tuanya usia kehamilan karena kulit mulut rahim akan menebal.
Namun, ada kemungkinan juga polip tersebut tetap ada dan saya akan mengalami
fleks cokelat sampai saatnya melahirkan nanti.
Hasil pemeriksaan yang melegakan sekaligus tidak melegakan…
hahahaha…
bersambung…
No comments:
Post a Comment