Friday, July 7, 2017

Mencoba Obat Herbal

Saat kami memutuskan untuk tidak melakukan pengobatan, bukan berarti kami lalu tidak melakukan usaha apa pun. Kami tetap berusaha menghitung masa subur dan melakukan hubungan suami istri saat masa subur sesuai perkiraan kami. Kami juga mencari informasi melalui browsing internet hingga suatu hari ada informasi bahwa ada seorang dokter yang melakukan pengabdian masyarakat dengan melayani pengobatan dengan obat-obat herbal.



Kami tertarik, karena toh obat herbal siapa tahu lebih mudah diterima tubuh. Kami pun menemuinya, berangkat pagi-pagi untuk menghindari antrean yang mengular. Ketika giliran antrean saya, saya diminta berbaring dan dokter menanyakan apa keluhan saya. Saya mengatakan apa yang menjadi alasan saya menemuinya. Lalu dokter memegang perut saya dan meminta asistennya mengoleskan semacam ramuan ke perut kemudian ramuan itu dibebat. Saya cukup membayar sukarela waktu itu. Setelah itu, kami menunggu obat herbal kami diracik.

Obat herbal itu ternyata berupa jamu rebus. Ada berbagai jenis daun, kayu, biji yang ada dalam paket yang kami terima. Di dalam paket juga terdapat secarik kertas berisi cara merebus dan apa saja khasiatnya. Kami pulang dan langsung mencoba untuk merebus jamu tersebut. Pahit memang rasanya, tetapi demi mendapatkan buah hati, kami berdua tak memedulikan rasa pahit di lidah kami.

Setiap kali berobat, kami harus membawa secarik kertas di paket jamu itu, karena untuk memudahkan dokter untuk memberikan jamu berikutnya. Kami rutin melakukan pengobatan itu hingga beberapa bulan. Dan akhirnya, kami pun merasa lelah karena sepertinya tidak ada peningkatan ataupun perubahan apa pun. Saya tetap saja mengalami siklus menstruasi yang amburadul. Dan sekali lagi, kami untuk sementara berhenti berobat.

bersambung ....

No comments:

Post a Comment

Fleks Cokelat

Kehamilan saya sudah masuk minggu ke-24 dan sendi kaki kiri masih sakit. Saya setiap pagi selalu meluangkan waktu sekitar setengah jam untu...