Pada saat kondisi tubuh teler, saya memutuskan untuk
mengurangi kegiatan yang selama ini saya ikuti. Beberapa masih saya jalani
dengan backup dari teman yang lain, beberapa memang sudah saya hentikan. Bahkan
saya menghentikan les biola yang saat itu sedang getol-getolnya ingin saya kuasai
karena dengan fisik yang tidak fit, saya rasa saya akan kesulitan
berkonsentrasi memahami materi yang disampaikan.
Saat terberat adalah ketika di kantor. Karena pekerjaan saya
menuntut deadline yang harus dipenuhi hari itu juga, ketika saya tiba-tiba
teler dan tidak kuat, saya akan pamit pulang dengan rasa bersalah karena tidak
dapat menyelesaikan pekerjaan hari itu. Namun, sungguh di luar dugaan,
teman-teman kerja saya berusaha memahami saya, walaupun saya tahu mereka pasti
kelimpungan mencari pengganti saya hari itu juga. Terima kasih atas perhatian
dan pengertian kalian, teman-teman.
Lalu, kira-kira dua minggu setelah cek pertama, sesuai
anjuran dokter, kami kontrol. Saat itu kurang lebih usia kehamilan 9 minggu.
Dokter masih memeriksa kehamilan saya dengan USG transvaginal dan kali ini kami
sudah bisa melihat bakal tangan dan kaki anak kami. Oh, it’s so amazing! Kami
diminta untuk kontrol 2 minggu lagi. Sepertinya pola periksanya seperti itu,
kami diminta kontrol tiap 2 minggu sekali hingga nanti 12 minggu.
USG usia kehamilan 9 minggu |
Kami diberi bekal obat dan vitamin hampir sama seperti
kemarin, bedanya kali ini Utrogestan diganti dengan Cygest. Masih sama-sama
progesterone, hanya kali ini tidak berupa obat oral, tetap dimasukkan ke vagina.
Cara konsumsi masih sama seperti Utrogestan, sekali sehari pada jam yang sama
menjelang tidur malam. Ini yang kurang menyenangkan, sangat merepotkan malah.
Karena waktu itu diset pukul 10 malam saya harus memasukkan obat tersebut.
Otomatis jika saya belum mengantuk, saya harus segera pipis, memasukkan obat
dan baringan. Dan sebaliknya, jika saya sudah mengantuk sebelum pukul 10 malam
itu, saya harus menahan kantuk hingga waktu yang ditentukan. Lebih menyiksa
lagi, setelah memasukkan obat, diusahakan jangan bangun, supaya obat tidak
keluar lagi. Tetapi serepot apa pun itu, saya jalani demi karunia Tuhan yang
telah kami tunggu selama 8 tahun ini.
bersambung…
No comments:
Post a Comment