Beberapa bulan kami rutin
memeriksakan diri untuk menjalani terapi PCOS hingga suatu pagi, saya menstruasi dan
mengalami sakit perut hebat. Biasanya memang saya mengalami kram ketika hari-hari awal menstruasi, tetapi belum pernah sesakit ini. Kaki saya sampai terasa lemas dan saya hanya bisa meringkuk di kamar sambil menahan sakit. Dan, pagi itu juga kami menemui dokter. Kami
menceritakan apa yang saya alami, lalu dokter memeriksa saya lewat USG. Dokter
saat itu mengatakan bahwa rahim saya membengkak dan dia menemukan massa di rahim saya. Saat itu juga
dokter mencurigai jika saya mengalami endometriosis. Waduh… apa lagi sih ini?
Kami lalu diminta untuk menjalani
terapi lain. Terapi PCOS dihentikan dan kami diminta menjalani terapi untuk endometriosis. Kami diberi pilihan untuk terapi lewat oral atau suntik. Kami
memilih oral dan terapi ini harus dijalani selama 8 bulan. Selama 8 bulan
saya harus rutin mengonsumsi obat yang akan menghentikan menstruasi saya
selama 8 bulan juga.
Saya pun pasrah harus kembali
menerima vonis mengerikan lainnya. Pada seminggu awal terapi, tidak ada efek di
tubuh saya. Namun, memasuki minggu kedua, terjadi hal yang menyiksa saya. Saya
terbangun pagi dengan terkejut karena satu titik di kaki saya mengalami kejang
otot yang sangat sakit. Saya terbangun dengan menjerit sehingga suami ikut
terkejut dan terbangun. Setelah beberapa menit, kejang otot tersebut hilang
dengan sendirinya. Kami kira waktu kejang otot disebabkan saya meregangkan badan terlalu bersemangat saat bangun. Namun, ternyata ternyata tidak dan itu baru awal. Hari itu, tanpa melakukan aktivitas fisik berlebih apa pun, badan saya akan mengalami kejang otot. Dan, saya makin sering
mengalami kejang otot dalam sehari walaupun saya tidak melakukan aktivitas apa pun. Badan
terasa sakit seakan mengalami pukulan di beberapa tempat.
Hingga pada saat kontrol
berikutnya, saya menanyakan hal itu ke dokter. Dokter bilang jika memang itu
efek sampingnya. Yah, saya pun tetap menjalani terapi itu karena sudah telanjur
dimulai. Untunglah bulan-bulan berikutnya, dosisnya dikurangi, sehingga
frekuensi kejang otot juga berkurang walau masih sering terjadi.
bersambung...
No comments:
Post a Comment