Kami menjalani hari seperti biasa setelah kami memutuskan
untuk berhenti melakukan pemeriksaan. Tak lupa kami tak henti-hentinya menaikkan
syukur dan permohonan kepada Tuhan. Kami percaya bahwa siapa pun yang mengetuk
pintu-Nya pasti akan dibukakan, entah kapan pintu itu terbuka, hanya Tuhan yang
tahu. Yang kami tahu hanyalah bahwa kasih karunia-Nya bagi kami tak
habis-habisnya.
Saya sempat memiliki pemikiran untuk mengadopsi anak, karena
saya sudah sangat merindukan kehadiran anak di tengah keluarga kami. Namun,
berbagai pertimbangan, mulai dari reaksi keluarga besar, keribetan untuk
mengurus administrasi, bagaimana reaksi si anak jika nantinya dia tahu bahwa
dia anak adopsi, hingga apa yang akan disampaikan ke tetangga kepada anak itu
tentang statusnya.
Lambat laun, cita-cita itu terkikis dan saya kembali
memiliki harapan untuk kembali mencoba. Maka, sekitar 1 atau 2 tahun setelah
pemeriksaan terakhir (sekitar awal tahun 2016), kami mencoba kembali mencari bantuan dokter. Dokter yang
berbeda dari sebelumnya tentu saja. Saya sudah sering mendengar reputasi dokter
yang kami pilih ini sebelumnya, tetapi entah mengapa, kemarin-kemarin kami
tidak mencoba menemuinya. Kami bertemu dengannya pertama kali di sebuah klinik
di rumah sakit. Bagian pencatat keluhan dan lain-lain meminta data-data dan
berkas periksa apa pun yang pernah kami lakukan.
bersambung ...
No comments:
Post a Comment