Thursday, July 27, 2017

Gula Darah Drop

Setiap hari saya dan suami mengonsumsi obat-obatan penunjang secara rutin, tidak pernah lupa sehari pun. Sampai-sampai kami hafal apotek yang menyediakan obat yang kami cari, karena ada obat yang tidak tersedia di apotek pada umumnya. Itu pun kami awalnya harus inden di apotek tersebut. Dan lambat laun, mungkin karena tiap bulan kami mencari obat tersebut, apotek langganan kami lalu menyediakan obat tersebut tiap bulan sesuai jumlah yang kami butuhkan, tak perlu inden lagi.

Kira-kira 6 bulan kami minum obat rutin dan tidak memeriksakan diri ke dokter. Waktu itu suami saya sudah berencana untuk cek lab lagi, memeriksakan kualitas sperma setelah terapi itu. Ingin melihat apakah ada perubahan, peningkatan, atau justru tak ada perubahan sama sekali.

Saya masih aktif dengan berbagai kegiatan saya, begitu juga suami. Kami pun mulai disibukkan dengan berbagai hal, tetapi kami tetap menghitung perkiraan masa subur. Bulan Februari-Maret 2017 adalah bulan tersibuk bagi kami. Ada banyak acara besar di keluarga besar maupun keluarga kecil kami. Ada syukuran mitoni adik, memasang dan membongkar lemari kabinet dapur, memindahkan tempat tidur lama ke kamar lain untuk digantikan dengan tempat tidur baru… yah, semua yang menguras energi dan pikiran. Sampai-sampai kami tidak sempat memikirkan kapan masa subur dan kapan harus berhubungan. Kami menjalani hari-hari dengan tergesa, tetapi juga santai. Tergesa karena berbagai hal yang harus kami selesaikan, santai karena tidak harus buru-buru ke dokter saat menstruasi datang. Kami pun berhubungan sesuai dengan mood kami, tidak terpaku jadwal.

Pada Maret 2017, ketika itu saya sedang ada kegiatan kunjungan di suatu biara bersama anak-anak. Saya nyaris pingsan tiba-tiba. Untung saja salah seorang teman langsung tanggap dan memberikan bantuan seadanya. Lalu peristiwa serupa terulang ketika saya sedang membereskan barang dapur yang semula dikeluarkan karena kabinet dibongkar. Ketika itu saya menata barang-barang pecah belah, dan tiba-tiba napas saya tersengal-sengal. Saya langsung berhenti dan berbaring. Saat itu saya sudah ketakutan, apakah karena metformin yang adalah obat diabetes yang membuat fisik saya seperti itu? Apakah karenanya gula darah saya menjadi drop?

Keadaan seperti itu berlangsung sekitar 2 mingguan, sampai akhirnya saya memeriksakan ke dokter umum. Saya berangkat sendiri ke dokter, dan ketika dicek, tensi saya rendah sekali. Wah, setelah tahu tensi saya rendah, saya jadi was-was sewaktu perjalanan pulang. Di tempat dokter umum itu saya ceritakan bahwa saya sedang terapi dan mengonsumsi metformin. Dokter sempat kaget waktu tahu saya mengonsumsinya setiap hari selama ini. Dia langsung mencurigai bahwa memang gula darah saya pastilah drop karena gejalanya memang seperti itu. Waduh…Saya lalu diberi surat pengantar untuk cek gula darah di lab pagi harinya. Gula darah puasa.

Paginya, saya langsung menuju lab sebelum berangkat ke kantor. Kali ini saya minta diantar suami karena saya masih merasa lemas. Waktu itu suami saya bahkan sempat berpikir bahwa mungkin ada hubungannya dengan liver karena saya sering lemas dan mudah capek. Setelah sampel darah diambil, saya pun diantar ke kantor. Hasil lab diambil suami saya siangnya. Hasilnya bagus, gula darah tidak drop. Lalu sorenya kami kembali menemui dokter. Dokter waktu melihat hasil juga bingung. Gejalanya seperti orang yang gula darahnya drop, tapi hasil lab mengatakan lain. Akhirnya dokter hanya menyarankan untuk mencoba berhenti mengonsumsi metformin dan dilihat apakah ada perubahan atau tidak. Duh Gusti…. Ada apa lagi ya ini?


bersambung…

No comments:

Post a Comment

Fleks Cokelat

Kehamilan saya sudah masuk minggu ke-24 dan sendi kaki kiri masih sakit. Saya setiap pagi selalu meluangkan waktu sekitar setengah jam untu...