Monday, July 31, 2017

Dua Garis

Sekitar semingguan saya menghentikan konsumsi metformin, tetapi saya merasa kondisi fisik saya masih saja sama, lemas dan cepat capai. Bulan Maret itu saya tidak mendapatkan menstruasi walaupun waktu itu saya masih rutin mengonsumsi metformin dan saat kondisi fisik saya seperti itu, sudah bulan April. Saya pun sebenarnya sudah merasakan gejala akan mengalami menstruasi, seperti perut bagian bawah mulai sering kram, pinggul nyeri, payudara nyeri. Secara rasional saya berpikir bahwa mungkin sebentar lagi, sekitar semingguan, saya akan menstruasi.  Lalu, entah mendapat bisikan dari mana, tebersit untuk meminta suami saya membelikan test pack. Yah, kami sudah lama tidak memegang alat itu, karena selama ini kami selalu dibuat kecewa. Siklus menstruasi saya dari dulu tidak pernah teratur, jadi kami tidak mau kege-eran dulu. Tapi tetap saja ada rasa ingin melakukan tes urin. Maka, suami pun dengan menjawab sekenanya bilang kalau nanti pulang kantor mampir beli. Saya juga sekadar iseng juga. Lalu ketika test pack terbeli pun, saya tidak bergegas untuk menggunakannya. Sampai beberapa hari setelahnya, ketika malam saya melihat test pack yang tergeletak di meja kerja saya, baru ingat kalau sebenarnya saya berencana untuk tes urin.

Paginya, tepatnya pada 10 April 2017, saya melakukan hal rutin dengan memasak dan bersiap ke kantor. Selesai memasak, saya baru ingat ketika melewati meja saya lagi. Ya ampun, kan saya pagi ini mau tes urin, padahal tadi saya sudah telanjur pipis. Saya pun berpikir, yah mungkin nanti waktu mandi siapa tahu kebelet pipis lagi. Maka saya pun melanjutkan aktivitas pagi itu.

Ketika saatnya mandi dan bersiap ke kantor, saya menyambar test pack dari meja dan membawanya serta ke kamar mandi. Saya mencoba pipis lagi. Ternyata masih ada pipis yang keluar walau sedikit. Dengan enggan saya mencelupkan strip. Tanpa melihatnya. Lalu ketika saya merasa sudah cukup, saya membuang sampel urin saya dan akan meletakkan strip itu ketika saya melihat ada dua garis yang jelas di strip. Saya langsung terbelalak, deg-degan, gemetar, berkeringat dingin. Saya ragu untuk memanggil suami saya, jangan-jangan strip itu kedaluwarsa. Saya lalu cek bungkusnya dan tanggal kedaluwarsa masih sangat lama. Plastik pembungkusnya pun tadi saya buka dengan kesusahan, jadi kemungkinan bocor atau rusak juga tidak mungkin.  Setelah bengong beberapa saat, saya pun berteriak memanggil suami saya. Suami saya tergopoh-gopoh ke kamar mandi dengan wajah panik karena waktu itu dia masih tertidur. Dengan suara tercekat, tangan gemetar, mata basah, saya menyodorkan strip itu ke suami . Suami saya yang masih berusaha mengumpulkan nyawa menerima strip itu, lalu terdiam. Bergantian melihat strip itu, lalu saya dengan tampang bingung. Tapi ketika sadar, dia lalu berkata, “Eh jangan seneng dulu. Kita coba tes lagi besok.”

Hari itu pun kami lalui dengan penasaran. Saya mencari-cari info di internet dan memang benar jika strip menunjukkan dua garis itu belum tentu menunjukkan kehamilan. Ada beberapa kelainan rahim yang juga berakibat pada tingginya HCG dan akhirnya muncul dua garis di strip. Dengan riwayat saya sebelumnya, suami tidak mau bergembira dulu dan tetap waspada jika justru hal terburuk yang terjadi.

Maka hari berikutnya, 11 April 2017, pagi-pagi benar kami bangun. Suami langsung mengeluarkan test pack yang dia beli lagi sore hari sebelumnya. Ternyata dia mengeluarkan 5 strip sekaligus. Saya lalu pipis dan kami berdua mencelupkan setiap strip sambil menunggu hasilnya. Semua strip bergaris dua. Setelah itu sorenya, kami pada memutuskan untuk menemui dokter kandungan yang menangani kami sebelumnya.




Sore menjelang malam, kami sudah sampai di tempat praktik dokter. Setelah nama kami dipanggil, kami masuk ke ruang periksa. Kami dengan was-was dan ada sedikit rasa takut lalu menceritakan apa yang terjadi. Dokter melihat catatan medis kami, dan mengetahui bahwa kami sudah sekitar 6 bulan tidak menemuinya lagi sambil mempelajari ulang kasus kami sebelumnya. Setelah dokter paham bahwa saya adalah pasiennya yang sempat terapi PCOS dan mendengar cerita kami, wajahnya langsung berseri sambil berkata, “Wah, saya yakin kalau ini hamil!” Kami hanya bengong, lalu menjawab, “Tapi kalau ternyata bukan hamil, gimana, dok?” “Kalau gitu, mari kita lihat”, kata dokter sambil meminta saya berbaring.

Dokter kemudian melakukan USG transvaginal seperti sebelumnya dan saat itu langsung terlihat ada kantong kehamilan. Dokter langsung berkata dengan suara riang, “Nah, itu dah kelihatan janinnya. Mari kita lihat usianya berapa.” Saya dan suami hanya terdiam tidak percaya. Setelah diukur berdasar panjang janin, ternyata sudah sekitar 7 minggu, maka janin dan kantongnya langsung terlihat jelas. Dan hal yang membuat kami takjub adalah kami sudah bisa melihat jantungnya berdenyut, berkedip-kedip di layar USG. Kami waktu itu dengan masih terkejut tidak percaya, hanya bisa berucap, “Puji Tuhan!”

Tangan saya gemetar karena sangat bahagia. Ketika turun dari bed, saya juga gemetaran sambil menahan tangis. Dokter mencetak hasil USG dan memberikan kepada kami. Dokter terlihat ikut bahagia karena kasus PCOS itu gampang-gampang susah, yang sudah menjalani bayi tabung pun belum tentu berhasil hamil. Dan selama ini sebenarnya dokter berharap saya bisa hamil secara alami dan ternyata terjadi. Saya berhasil hamil justru ketika kami tidak memeriksakan diri ke dokter selama 6 bulan itu. Prosesnya benar-benar alami, kecuali dengan bantuan obat-obatan yang kami konsumsi tentu saja, dan yang terutama dengan berkat dan seizin Tuhan yang penuh kasih. Dokter dan asistennya memberi selamat kepada kami. 



Kami pun pulang dari tempat praktik dokter dengan penuh syukur, tidak percaya, dan berbagai pikiran yang berseliweran di benak kami. Dan malam itu kami menelepon orang tua dan adik untuk memberitahukan kabar gembira ini. Kabar gembira bahwa saya telah ambil bagian dalam kisah penciptaan… ada ciptaan Allah yang bernyawa di dalam rahim saya.


bersambung….

No comments:

Post a Comment

Fleks Cokelat

Kehamilan saya sudah masuk minggu ke-24 dan sendi kaki kiri masih sakit. Saya setiap pagi selalu meluangkan waktu sekitar setengah jam untu...