Tuesday, August 8, 2017

Susah Makan

Setelah mengetahui kabar gembira itu, saya baru tersadar mengapa selama beberapa minggu itu saya cepat lelah, napas berat, tidak nafsu makan. Dan saya waktu itu juga langsung tersadar bahwa beberapa hari sebelum tes urin itu, saya malah sempat mengonsumsi nanas (ada di lutis buah), tape ketan, dan saya juga sempat melakukan aktivitas fisik seperti angkat junjung, lompat sana sini. Tapi untunglah sewaktu diperiksa, janin saya masih aman.

Ketika pulang dari tempat praktik dokter malam itu, kami diberi bekal beberapa obat. Saya masih diminta melanjutkan metformin saya hingga usia kehamilan 12 minggu. Saya juga diberi tambahan vitamin, folat dsb. Kecuali itu, saya juga diberi Utrogestan (tambahan progesterone untuk memperkuat janin saya) yang harus diminum sekali sehari pada jam yang sama menjelang tidur malam. Kami diminta untuk periksa 2 minggu lagi setelah pertemuan tersebut.

Lalu, pada akhirnya saya pun mengalami mabuk seperti kebanyakan wanita hamil. Lambung ini serasa terisi asam seluruhnya. Perih, tetapi lapar. Ketika dipaksa makan, maka saya akan mual, atau paling menyebalkan, saya akan muntah. Tetapi jika perut tidak diisi, saya juga akan muntah. Tubuh saya makin terasa lemah. Dan hari Kamis, 13 April 2017 bertepatan dengan Kamis Putih, saya masih sangat teler. Namun, malam itu saya paksakan untuk mengikuti perayaan karena saya ingin mengucap syukur kepada Tuhan atas berkat-Nya yang luar biasa di dalam keluarga kami ini. Ini adalah kado Paskah terindah yang kami terima. Walau saya hanya duduk di bangku dan tidak melakukan apa pun karena tubuh sangat lemah. Kami memilih tempat duduk di tenda luar, karena kami pikir jika sewaktu-waktu saya tidak kuat, kami bisa dengan mudah menyelinap pulang. Dan ketika di tenda luar itu, saya bisa mencium aroma bakpao yang dikukus. Begitu wangi. Saya berbisik kepada suami untuk membelikan beberapa bakpao nanti seusai perayaan.

Waktu itu, tidak ada makanan yang bisa diterima perut saya dengan ramah. Hanya susu UHT yang bisa masuk dan buah mangga matang (bukan mentah, karena rasa asamnya justru membuat saya muntah). Maka malam itu, setelah perayaan Kamis Putih, suami saya membelikan bakpao ayam. Dan saya memakannya di rumah. Anehnya, perut saya tidak bergolak dan bisa menerima bakpao tersebut. Waduh, padahal bakpao itu hanya ada di gereja dan hanya sewaktu ada jadwal misa.

Maka, pada hari berikutnya, yaitu perayaan Jumat Agung, walau seharusnya kami disarankan untuk berpuasa, karena kondisi fisik, saya justru berburu bakpao. Kami membeli beberapa bakpao lagi setelah perayaan Jumat Agung. Beberapa orang yang kami jumpai di gereja, mengira saya sedang mengalami sakit karena terlihat pucat. Yah, ini rasanya memang sakit, tetapi saya bahagia menerima sakit ini. Dan begitu juga yang terjadi ketika Malam Paskah, kami memborong bakpao. Bukan karena nyidam, tetapi karena hanya itu yang bisa diterima lambung saya dan member tenaga bagi fisik saya.


bersambung… 

No comments:

Post a Comment

Fleks Cokelat

Kehamilan saya sudah masuk minggu ke-24 dan sendi kaki kiri masih sakit. Saya setiap pagi selalu meluangkan waktu sekitar setengah jam untu...