Wednesday, August 30, 2017

Kontrol 20 Minggu

Tak terasa waktu cepat berjalan. Tiba-tiba saya merasa ada sesuatu yang menggelitik perut saya. Saya berusaha memahami, apa sebenarnya itu. Ternyata itulah saat ketika saya merasakan gerakan bayi saya untuk pertama kali. Rasanya sangat aneh, menakjubkan, membahagiakan, semua bercampur aduk tak terbayangkan. Pada saat itu saya merasakannya bergerak dan sangat aktif. Benar-benar seorang anak yang aktif ada di rahim saya. Itu sesuatu yang sungguh ajaib rasanya. Kehamilan itu penuh dengan kejutan dan segala hal yang tak dapat kita tebak. Begitu indah.

Saat itu sudah mendekati minggu ke-20, ketika kami harus kembali menemui dokter untuk memeriksa kehamilan (6 Juli 2017). Seperti kontrol sebelumnya, saya kembali dilanda kegugupan sekaligus kebahagiaan karena tak hentinya saya merasakan tendangan mungil di perut saya.

USG minggu ke-21

Kami masuk ke ruang periksa dan mulai di-USG. Seperti bulan sebelumnya, denyut jantung bayi dicek dan kali ini dokter mulai memperkirakan berat bayi. Perkiraan pada saat itu adalah 384gr (kurang lebih). Selama di-USG, dokter harus bekerja keras menemukan posisi bayi yang pas karena dia tak hentinya bergerak di dalam rahim saya. Suami menuruti kemauan saya untuk merekam proses USG tersebut, karena kami ingin melihat kembali ketika anak kami bergerak-gerak di layar. Sangat ajaib dan membahagiakan ketika melihat kembali rekaman tersebut.

Setelah pemeriksaan selesai dan dokter menyatakan semua baik, saya kembali diberi suplemen untuk 1 bulan mendatang.


bersambung…

Thursday, August 24, 2017

Kontrol 16 Minggu

Hari-hari kami lalui tanpa ada masalah apa pun. Saya mulai bisa beraktivitas seperti biasa, bahkan sudah mengajar Sekolah Minggu dengan lancar juga mengikuti latihan dan tugas koor di gereja. Saya bahkan bisa menghadiri baptisan keponakan yang sebulan sebelumnya lahir. Saya merasa sangat prima, mengingat masa-masa sebelumnya saya benar-benar merasa lemah, lemas, tidak bertenaga. Pada masa-masa ini juga, baju-baju saya yang tadinya longgar, sudah mulai terasa kekecilan, terlebih bagian dada dan perut. Ada satu teman kantor yang dengan semangat dan baik hati membuatkan saya baju hamil tanpa diminta (thank you, you know who you are :*), dan saya juga memesan baju ke teman lain. Saya juga sudah berbelanja celana panjang hamil 4 potong, sepertinya cukup untuk kebutuhan saya.

Lalu ketika masuk minggu ke-16 (7 Juni 2017), yaitu tepat 1 bulan setelah kontrol terakhir, kami mulai menemui dokter lagi untuk memeriksakan kehamilan. Setiap kali mengunjungi dokter untuk memeriksakan kehamilan, saya selalu merasa gugup. Seakan saya sebentar lagi akan naik pentas. Tangan dingin, perasaan tidak tenang, dan sebagainya. Apa lagi saat menunggu di ruang tunggu periksa, rasanya sangat menyiksa, ingin segera tahu kondisi bayi kami.

Usia kehamilan 16 minggu

Ketika akhirnya diperiksa, pada usia kehamilan 16 minggu, dokter mengecek denyut jantung bayi saya. Saat itu kami pertama kali mendengar denyut jantung anak kami. Perasaan kami tidak bisa digambarkan dengan apa pun. Jika pada awal kehamilan, kami hanya bisa melihat kedip-kedip kecil di tengah janin, kini kami bahkan bisa mendengar denyutnya. Dokter memeriksa dengan saksama dan mengatakan bahwa semuanya normal dan baik-baik saja, hanya saya masih belum mengalami kenaikan berat badan pada saat itu. Dokter masih memberi bekal berupa beberapa suplemen bagi saya: kalsium, multivitamin, dan penambah darah.

Dan berikut penampakan saya 2 minggu kemudian (usia kehamilan 18 minggu pada 22 Juni 2017), mohon abaikan wajah pucat tak bermake-up dan berjerawat .... :D



bersambung…

Tuesday, August 22, 2017

Kontrol 11 Minggu

Kemudian, 2 minggu setelah kontrol 9 minggu pun datang. Kira-kira waktu itu 11 minggu lebih (8 Mei 2017), hampir 12 minggu. Waktu dokter melakuan USG seperti biasa, kami bisa melihat tangan dan kaki mungil itu sekarang bergerak-gerak! Oh Tuhan! Bentuknya sudah menyerupai bayi mungil walau saat itu masih berukuran sangat kecil, sekitar 4,5 cm jika diukur dari ujung kepala hingga tulang ekornya.

USG 11 minggu

Semuanya terlihat baik dan saya diberi obat yang sama dengan 2 minggu sebelumnya, tetapi bedanya kali ini saya sudah tidak perlu konsumsi metformin. Dokter menyatakan bahwa saya sudah cukup mengonsumsi metformin karena dirasa kondisi janin sudah aman. Dan, setelah kontrol malam itu, kami diminta untuk kembali kontrol 1 bulan kemudian.

Banyak perubahan di fisik saya selama beberapa minggu itu. Mabuk dan teler yang saya alami sudah berangsur ringan. Saya sudah bisa mulai makan seperti biasa, hanya saja masih dalam porsi kecil. Perut saya juga berangsur-angsur mulai membuncit, walau belum kelihatan seperti orang hamil, tetapi celana yang biasa saya gunakan untuk kerja sudah tidak bisa lagi dikancingkan, jadi harus beli celana khusus untuk orang hamil.

Dan sejak tahu tentang kehamilan ini, puji Tuhan, saya memiliki suami yang sangat mengasihi saya dan dari awal sangat mendukung semua usaha yang kami lakukan, termasuk mengambil alih tugas rumah tangga. Saya dibebastugaskan dari urusan dapur dan lainnya. Benar-benar seperti ratu di rumah, lagian jika saya memaksakan diri juga fisik saya tidak bisa. Setiap pulang kerja, tubuh ini rasanya sudah sangat lelah dan hanya ingin berbaring.


bersambung…

Wednesday, August 16, 2017

Kontrol Kedua

Pada saat kondisi tubuh teler, saya memutuskan untuk mengurangi kegiatan yang selama ini saya ikuti. Beberapa masih saya jalani dengan backup dari teman yang lain, beberapa memang sudah saya hentikan. Bahkan saya menghentikan les biola yang saat itu sedang getol-getolnya ingin saya kuasai karena dengan fisik yang tidak fit, saya rasa saya akan kesulitan berkonsentrasi memahami materi yang disampaikan.

Saat terberat adalah ketika di kantor. Karena pekerjaan saya menuntut deadline yang harus dipenuhi hari itu juga, ketika saya tiba-tiba teler dan tidak kuat, saya akan pamit pulang dengan rasa bersalah karena tidak dapat menyelesaikan pekerjaan hari itu. Namun, sungguh di luar dugaan, teman-teman kerja saya berusaha memahami saya, walaupun saya tahu mereka pasti kelimpungan mencari pengganti saya hari itu juga. Terima kasih atas perhatian dan pengertian kalian, teman-teman.

Lalu, kira-kira dua minggu setelah cek pertama, sesuai anjuran dokter, kami kontrol. Saat itu kurang lebih usia kehamilan 9 minggu. Dokter masih memeriksa kehamilan saya dengan USG transvaginal dan kali ini kami sudah bisa melihat bakal tangan dan kaki anak kami. Oh, it’s so amazing! Kami diminta untuk kontrol 2 minggu lagi. Sepertinya pola periksanya seperti itu, kami diminta kontrol tiap 2 minggu sekali hingga nanti 12 minggu.

USG usia kehamilan 9 minggu

Kami diberi bekal obat dan vitamin hampir sama seperti kemarin, bedanya kali ini Utrogestan diganti dengan Cygest. Masih sama-sama progesterone, hanya kali ini tidak berupa obat oral, tetap dimasukkan ke vagina. Cara konsumsi masih sama seperti Utrogestan, sekali sehari pada jam yang sama menjelang tidur malam. Ini yang kurang menyenangkan, sangat merepotkan malah. Karena waktu itu diset pukul 10 malam saya harus memasukkan obat tersebut. Otomatis jika saya belum mengantuk, saya harus segera pipis, memasukkan obat dan baringan. Dan sebaliknya, jika saya sudah mengantuk sebelum pukul 10 malam itu, saya harus menahan kantuk hingga waktu yang ditentukan. Lebih menyiksa lagi, setelah memasukkan obat, diusahakan jangan bangun, supaya obat tidak keluar lagi. Tetapi serepot apa pun itu, saya jalani demi karunia Tuhan yang telah kami tunggu selama 8 tahun ini.

bersambung…

Tuesday, August 8, 2017

Susah Makan

Setelah mengetahui kabar gembira itu, saya baru tersadar mengapa selama beberapa minggu itu saya cepat lelah, napas berat, tidak nafsu makan. Dan saya waktu itu juga langsung tersadar bahwa beberapa hari sebelum tes urin itu, saya malah sempat mengonsumsi nanas (ada di lutis buah), tape ketan, dan saya juga sempat melakukan aktivitas fisik seperti angkat junjung, lompat sana sini. Tapi untunglah sewaktu diperiksa, janin saya masih aman.

Ketika pulang dari tempat praktik dokter malam itu, kami diberi bekal beberapa obat. Saya masih diminta melanjutkan metformin saya hingga usia kehamilan 12 minggu. Saya juga diberi tambahan vitamin, folat dsb. Kecuali itu, saya juga diberi Utrogestan (tambahan progesterone untuk memperkuat janin saya) yang harus diminum sekali sehari pada jam yang sama menjelang tidur malam. Kami diminta untuk periksa 2 minggu lagi setelah pertemuan tersebut.

Lalu, pada akhirnya saya pun mengalami mabuk seperti kebanyakan wanita hamil. Lambung ini serasa terisi asam seluruhnya. Perih, tetapi lapar. Ketika dipaksa makan, maka saya akan mual, atau paling menyebalkan, saya akan muntah. Tetapi jika perut tidak diisi, saya juga akan muntah. Tubuh saya makin terasa lemah. Dan hari Kamis, 13 April 2017 bertepatan dengan Kamis Putih, saya masih sangat teler. Namun, malam itu saya paksakan untuk mengikuti perayaan karena saya ingin mengucap syukur kepada Tuhan atas berkat-Nya yang luar biasa di dalam keluarga kami ini. Ini adalah kado Paskah terindah yang kami terima. Walau saya hanya duduk di bangku dan tidak melakukan apa pun karena tubuh sangat lemah. Kami memilih tempat duduk di tenda luar, karena kami pikir jika sewaktu-waktu saya tidak kuat, kami bisa dengan mudah menyelinap pulang. Dan ketika di tenda luar itu, saya bisa mencium aroma bakpao yang dikukus. Begitu wangi. Saya berbisik kepada suami untuk membelikan beberapa bakpao nanti seusai perayaan.

Waktu itu, tidak ada makanan yang bisa diterima perut saya dengan ramah. Hanya susu UHT yang bisa masuk dan buah mangga matang (bukan mentah, karena rasa asamnya justru membuat saya muntah). Maka malam itu, setelah perayaan Kamis Putih, suami saya membelikan bakpao ayam. Dan saya memakannya di rumah. Anehnya, perut saya tidak bergolak dan bisa menerima bakpao tersebut. Waduh, padahal bakpao itu hanya ada di gereja dan hanya sewaktu ada jadwal misa.

Maka, pada hari berikutnya, yaitu perayaan Jumat Agung, walau seharusnya kami disarankan untuk berpuasa, karena kondisi fisik, saya justru berburu bakpao. Kami membeli beberapa bakpao lagi setelah perayaan Jumat Agung. Beberapa orang yang kami jumpai di gereja, mengira saya sedang mengalami sakit karena terlihat pucat. Yah, ini rasanya memang sakit, tetapi saya bahagia menerima sakit ini. Dan begitu juga yang terjadi ketika Malam Paskah, kami memborong bakpao. Bukan karena nyidam, tetapi karena hanya itu yang bisa diterima lambung saya dan member tenaga bagi fisik saya.


bersambung… 

Fleks Cokelat

Kehamilan saya sudah masuk minggu ke-24 dan sendi kaki kiri masih sakit. Saya setiap pagi selalu meluangkan waktu sekitar setengah jam untu...