Sunday, July 2, 2017

Mencari Tahu

Kami memulai bahtera rumah tangga kami pada 2008. Semua terasa begitu indah. Banyak angan, cita-cita, impian yang ingin kami raih dan wujudkan berdua. Punya rumah sendiri, melahirkan anak, punya kendaraan sendiri yang dapat mengakomodasi kesibukan kami, dan sebagainya. Yah, layaknya pasangan muda yang baru menikah lainnya. Awal-awal menikah, kami masih menata diri dan tempat tinggal kami. Kami pun masih harus saling mengenal pribadi yang kami nikahi, karena saat menikah, kita bisa mengenal pasangan kita dengan lebih baik.

Sebelum menikah, kami sudah mengikuti Kursus Persiapan Perkawinan yang diadakan oleh gereja. Dalam kursus itu, kami diberi semacam teori tentang bagaimana mengelola suatu perkawinan yang baik menurut gereja. Salah satu dari materi kursus tersebut adalah tentang reproduksi. Kami diajari bagaimana menghitung masa subur dan sebagainya. Ya, di bulan-bulan awal, kami sangat ingin mempraktikkan teori tersebut. Mulai dari mengecek lendir, membeli alat pendeteksi kesuburan, berhubungan seks pada waktu kami merasa berada pada masa subur, mengecek kehamilan ketika kami merasa satu bulan terlewati dan saya juga melewatkan menstruasi saya. Kami terkadang mengalami kesulitan untuk melakukan semua hal itu karena saya sejak awal menstruasi sudah mengalami menstruasi yang tidak ajeg alias tidak teratur. Akan tetapi, kami tetap berusaha menerapkan ilmu yang kami dapat dari kursus itu ditambah ilmu lain yang kami dapatkan dari hasil browsing di internet.



Delapan bulan kemudian, belum ada tanda-tanda bahwa akan hadir anak di tengah keluarga kami. Saya mulai gelisah. Lalu, saya mengajak suami untuk mencoba untuk berkonsultasi ke dokter kandungan. Karena saya belum pernah periksa ke dokter kandungan, saya memilih dokter wanita untuk memeriksa saya. Suami untung saja setuju dengan ide saya tersebut. Kami berdua mulai mencari tahu kira-kira dokter siapa yang akan kami temui. Akhirnya, kami memutuskan untuk menemui dokter di salah satu rumah sakit swasta terbesar di kota kami. Pertemuan pertama dilakukan dan saya langsung ditangani. Pertama, saya diminta untuk minum minimal 5 gelas air putih sebelum diperiksa, gunanya adalah supaya ketika dilakukan USG, uterus saya dapat terlihat jelas. Baiklah, mari kita minum, toh air putih itu menyehatkan. Saya lalu diperiksa dan diminta untuk datang sewaktu saya menstruasi sebelum hari ketiga. Saya diberi obat untuk membuat saya menstruasi, karena pada saat itu saya melewatkan menstruasi saya.


Pada saat saya menstruasi, kami kembali menemui dokter tersebut. Saya di-USG lagi. Namun, kali ini kami tidak menemui dokter di rumah sakit, tetapi di klinik miliknya. Klinik miliknya itu sangat ramai, banyak orang yang mengantre untuk diperiksa. Baiklah, kami ikut mendaftar dan mengantre. Saya sudah diminta untuk minum air putih seperti saat periksa pertama. Ketika pada akhirnya kami dipanggil untuk masuk dan diperiksa, saya langsung di-USG kembali. Entah bagaimana hasilnya karena dokter juga tidak menjelaskan apa-apa. Kami lalu diberi resep obat penyubur dan dokter juga menghitungkan perkiraan masa subur. Selain itu, dokter memberi perkiraan jadwal kami untuk berhubungan seks. Wah, bisa dibayangkan bagaimana hubungan seks terjadwal itu? Hehehe…. Namun, demi sang buah hati, kami pun mengikuti saran dokter. Di tengah kesibukan suami yang saat itu sering bertugas keluar kota, kami berusaha untuk mematuhi jadwal. 

bersambung ....

No comments:

Post a Comment

Fleks Cokelat

Kehamilan saya sudah masuk minggu ke-24 dan sendi kaki kiri masih sakit. Saya setiap pagi selalu meluangkan waktu sekitar setengah jam untu...