Sebagian dari kita yang saat ini
merencanakan suatu pernikahan, dapat beranggapan bahwa pernikahan adalah tujuan
dan akhir dari perjuangan mereka. Sebagian lagi beranggapan bahwa pernikahan
adalah suatu awal dari perjuangan itu sendiri.
Yah, saya setuju dengan keduanya. Pernikahan memang tujuan bagi sepasang
kekasih untuk meresmikan hubungan mereka, sekaligus awal dari perjuangan
hubungan itu sendiri.
Perjuangan dalam pernikahan tidak
hanya berupa relasi yang dijalin oleh setiap pasangan, tetapi juga hal-hal lain
di luar itu yang terkadang di luar kendali pasangan. Kondisi sosial, ekonomi,
kesehatan dapat menjadi sesuatu yang harus mereka perjuangkan. Tidak sedikit
yang gagal dan akhirnya berpisah.
Hal yang sering saya temui,
bahkan saya alami sendiri adalah perjuangan yang harus kami tempuh untuk
mendapatkan keturunan. Sepasang suami istri yang baru menikah pasti
berangan-angan untuk segera mendapat momongan, kecuali bagi mereka yang ingin
menundanya karena alasan tertentu. Namun, angan-angan itu ternyata tidak
semudah perjuangan kami untuk pada akhirnya menikah, ini di luar kuasa kami.
Sekeras apa pun kami berusaha, belum tentu usaha kami itu berhasil. Sekuat apa
pun doa yang kami panjatkan, belum tentu doa itu langsung terjawab dalam waktu
singkat.
Kami menikah pada tahun 2008 yang
lalu. Dan, layaknya sepasang suami istri lainnya, kami tentu sangat mendamba
anak lahir dalam keluarga mungil kami. Ternyata, itulah awal dari perjuangan
kami, yang bisa dikatakan berat, tetapi juga bisa dikatakan justru hal inilah
yang menguatkan ikatan kami sebagai suami istri.
bersambung ....